Kurva Karakteristik Dioda safariachmad.blogspot.com
Hubungan
antara besarnya arus yang mengalir melalui dioda dengan tegangan VA-K (pelajari
dalam bab dioda
semikonduktor) dapat
dilihat pada kurva karakteristik dioda (gambar 1).
Gambar 1
menunjukan dua macam kurva, yakni dioda germanium (Ge) dan dioda silikon
(Si). Pada saat dioda diberi bias maju, yakni bila VA-K positip, maka
arus ID akan naik dengan cepat setelah VA-K mencapai tegangan cut-in
(Vγ). Tegangan cut-in (Vγ) ini kira-kira sebesar 0.2 Volt untuk dioda
germanium dan 0.6 Volt untuk dioda silikon. Dengan pemberian tegangan
baterai sebesar ini, maka potensial penghalang (barrier potential) pada
persambungan akan teratasi, sehingga arus dioda mulai mengalir dengan cepat.
Bagian kiri
bawah dari grafik pada gambar 1.14 merupakan kurva karakteristik dioda saat
mendapatkan bias mundur. Disini juga terdapat dua kurva, yaitu untuk
dioda germanium dan silikon. Besarnya arus jenuh mundur (reverse
saturation current) Is untuk dioda germanium adalah dalam orde mikro amper
dalam contoh ini adalah 1 µA. Sedangkan untuk dioda silikon Is adalah
dalam orde nano amper dalam hal ini adalah 10 nA.
Apabila tegangan
VA-K yang berpolaritas negatip tersebut dinaikkan terus, maka suatu saat akan
mencapai tegangan patah (break-down) dimana arus Is akan naik dengan
tibatiba. Pada saat mencapai tegangan break-down ini, pembawa minoritas
dipercepat hingga mencapai kecepatan yang cukup tinggi untuk mengeluarkan
elektron valensi dari atom. Kemudian elektron ini juga dipercepat untuk
membebaskan yang lainnya sehingga arusnya semakin besar. Pada dioda biasa
pencapaian tegangan break-down ini selalu dihindari karena dioda bisa
rusak.
gambar1 Kurva Karakteristik Dioda
|
Hubungan
arus dioda (ID) dengan tegangan dioda (VD) dapat dinyatakan dalam persamaan
matematis yang dikembangkan oleh W. Shockley, yaitu:
persamaan 1.2
|
Harga Is
suatu dioda dipengaruhi oleh temperatur, tingkat doping dan geometri dioda. Dan
konstanta n tergantung pada sifat konstruksi dan parameter fisik dioda.
Sedangkan harga VT ditentukan dengan persamaan:
Pada
temperatur ruang, 25 derajat C atau 273 + 25 = 298 K, dapat dihitung besarnya
VT yaitu:
Harga
VT adalah 26 mV ini perlu diingat untuk pembicaraan selanjutnya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa arus jenuh mundur, Is, dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: doping, persambungan, dan temperatur. Namun
karena dalam pemakaian suatu komponen dioda, faktor doping dan persambungan
adalah tetap, maka yang perlu mendapat perhatian serius adalah pengaruh
temperatur. Gambar 2 menunjukan kurva bias maju untuk beberapa macam
temperatur.
gambar2 Pengaruh temperatur terhadap bias maju dioda
|
Apabila temperatur dioda dinaikkan, maka tegangan cut-in (Vγ) turun.
Sebaliknya bila temperatur turun, maka Vγ naik. Dengan asumsi bahwa ID
tetap, hubungan antara temperatur dengan tegangan cut-in (Vγ) dapat dinyatakan
dengan persamaan:
Harga k
umumnya oleh para ahli dianggap tetap, yaitu:
Selain
mempengaruhi tegangan cut-in (Vγ), temperatur dioda juga mempengaruhi arus
jenuh mundur, Is. Arus Is kira-kira naik dua kali lipat apabila
temperatur dioda naik 10 derajat C. Gambar 3 menunjukkan perubahan kurva
bias mundur untuk beberapa macam temperatur.
Secara
matematis pengaruh temperatur terhadap arus Is dapat dinyatakan:
gambar 3 Pengaruh temperatur terhadap bias mundur
|
Resistansi
Dioda
Karena kurva
karakteristik dioda tidak linier, maka resistansi dioda berbeda-beda antara
satu titik operasi ke titik operasi lainnya. Pemberian tegangan dc kepada
suatu rangkaian yang ada dioda semikonduktornya akan menentukan titik kerja
dioda tersebut pada kurva karakteristik. Apabila tegangan dc yang diberikan
tidak berubah maka titik kerja dioda juga tidak berubah. Perbandingan antara
tegangan pada titik kerja dengan arus yang mengalir pada dioda disebut dengan Resistansi
DC atau Resistansi Statis.
Resistansi
dc pada daerah bias maju akan lebih kecil dibanding dengan resistansi pada
daerah bias mundur. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan contoh 1.1 di
bawah ini.
Contoh 1.1:
Tentukan
resistansi dc dioda dengan kurva karakteristik sepeti gambar 4 pada:
(a) Id = 2mA
(b) Id = 20mA
(a) Vd = -10V
(a) Id = 2mA
(b) Id = 20mA
(a) Vd = -10V
gambar 4 contoh 1.1
|
Apabila
sinyal sinus diberikan di sekitar titik kerja, maka titik kerja akan berayun ke
atas dan ke bawah. Perbandingan antara perubahan tegangan dengan
perubahan arus disekitar titik kerja disebut dengan Resistansi AC atau
Resistansi Dinamik. Perubahan tegangan maupun arus harus dibuat sekecil
mungkin serta titik-Q merupakan titik tengahnya perubahan tersebut.
gambar5 Menentukan Resistansi ac atau resistansi
dinamik
|
Menetukan resistansi dinamik secara grafis seperti diuraikan di atas diperlukan
adanya kurva karakteristik dengan skala pengukuran yang benar. Cara lain
untuk menentukan resistansi dinamik adalah melalui persamaan matematis.
Yaitu dengan mendiferensialkan persamaan 1.2 , maka diperoleh:
Resistansi
dinamik adalah kebalikan dari persamaan tersebut, yaitu:
Karena
iD >> Is, dan dianggap n = 1 dan VT = 26mV, maka:
Persamaan
(1.7) ini akan valid (tepat) hanya untuk bagian kurva yang mendekati vertikal.
Apabila harga ID cukup kecil dan harga n = 2, maka hasilnya perlu dikalikan 2.
Resistansi total dari komponen dioda adalah rd ditambah dengan resistansi bahan
semikonduktor (bulk resistansi) serta resistansi karena hubungan konektor
dengan bahan (contact resistansi).
Rangkaian
Ekivalen Dioda
Rangkaian
ekivalen adalah gabungan dari beberapa elemen yang dianggap paling mewakili
karakteristik suatu komponen atau sistem yang sesungguhnya. Oleh karena
itu suatu komponen dapat diganti dengan rangkaian elkivalennya tanpa
mempengaruhi keseluruhan sistem dimana komponen tersebut berada. Dalam
banyak hal, penggantian komponen dengan ekivalennya akan memudahkan dalam
analisis rangkain. Istilah rangkaian ekivalen dioda ini sering juga
disebut dengan model dioda.
Secara umum
terdapat tiga macam pendekatan yang digunakan untuk membuat rangkaian ekivalen
suatu dioda semikonduktor. Pendekatan yang paling sederhana adalah model
dioda ideal. Gambar 6 menunjukkan model dioda ideal dan
karakteristiknya.
gambar 6 Model dioda ideal (a) dan karakteristiknya
(b)
|
Dioda ideal
menyerupai suatu saklar, bila VD positip saklar akan menutup (dioda ON)
sehingga arus ID besar dan bila VD negatip saklar akan membuka (dioda OFF)
sehingga arus ID = 0. Model dioda ideal dipakai terutama dalam kondisi
apabila tegangan dan resistansi jaringan sangat besar, misalnya dalam power
supply.
Pendekatan
kedua adalah lebih lengkap dari model ideal yaitu model dioda sederhana.
Gambar 7 menunjukkan model dioda sederhana dan karakteristiknya.
Rangkaian ekivalennya terdiri atas dioda ideal yang diseri dengan tegangan baterai
sebesar 0.7 V (untuk dioda silikon).
Tegangan
baterai ini sebesar tegangan cut-in dari dioda yang bersangkutan.
Pendekatan ketiga adalah yang paling komplek yaitu rangkaian ekivalen
piecewiselinier. Meskipun rangkaian ekivalen ini dianggap paling akurat, namun
bagian nonlinier dari kurva bias maju tetap dianggap sebagai linier. Sehingga
diperoleh seperti gambar 8.
gambar 7 Model dioda ideal (a) dan karakteristiknya (b)
|
gambar 8
Model dioda ideal (a) dan karakteristiknya (b) |
Sumber
Pustaka
Boylestad
and Nashelsky. (1992). Electronic Devices and Circuit Theory, 5th ed. Engelwood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Floyd, T.
(1991). Electric Circuits Fundamentals. New York: Merrill Publishing Co.
Malvino,
A.P. (1993). Electronic Principles 5th Edition. Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Milman &
Halkias. (1972). Integrated Electronics: Analog and Digital Circuits and
Systems.
Tokyo: McGraw-Hill, Inc.
Tokyo: McGraw-Hill, Inc.
Savant,
Roden, and Carpenter. (1987). Electronic Circuit Design: An Engineering Approach.
Menlo Park, CA: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
Menlo Park, CA: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
Stephen, F.
(1990). Integrated devices: discrete and integrated. Englewood Cliffs, NJ:
Pren-
tice-Hall, Inc.
tice-Hall, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar